JAKARTA - Hadirnya mobil
Esemka yang dirakit oleh anak-anak SMK di Tanah Air, ternyata masih
menimbulkan tanda tanya besar. Kenapa sih SMK membuat mobil, dan
bagaimana awalnya mobil ini bisa lahir?
HOME INDUSTRY
Perjalanan
ceritanya cukup panjang, bahkan bisa dibilang terkait area perdagangan
bebas di Asia tahun 2010. Salah satu efeknya, Indonesia akan kebanjiran
barang-barang dari luar negeri yang lebih murah.
Fokus pun
ditujukan guna menunjang pertumbuhan UKM, memacu industrialisasi
berbasis home industry. “Nah SMK juga mengantisipasi dan mendukung
program tersebut dengan program industri berbasis sekolah sehingga SMK
menjadi tulang punggungnya. Dengan program pembelajaran industri kreatif
sesuai jurusannya.
Misal jurusan elektronika membuat LCD
proyektor, yang TI merakit laptop, yang otomotif membuat mobil ini.
Ketika itu tahun 2009 dan saya terlibat langsung,” papar Budi Martono,
koordinator pembelajaraan Industri Kreatif dari SMKN 2 Surakarta.
Menurutnya,
sebelum membuat prototipe mobil, unit mesin dirakit dahulu, tentunya
juga melalui program pembelajaran. Yaitu pro engineering, dimana siswa
SMK diajari membuat desain blok mesin serta komponen engine lainnya.
Lalu
ketika gambar kerja jadi, dilanjut eksekusi casting dan dirakit menjadi
mesin (sekitar tahun 2009). Apakah dibuat dari nol? Tidak juga. “Kita
lihat di sekitar ada apa saja,” ujarnya.
Saat itu jadilah
sekitar 200 unit mesin, 19 unit dikirim ke Solo. Lantas di tahun 2011,
SMK di Indonesia merakit sekitar 1.000 unit. Sekitar 200 unit
diantaranya, saat ini dirakit di SMK Warga Surakarta.
“Nah
komponen mesin yang bisa dibuat di Indonesia, dibuat di sini tentunya
melibatkan industri mitra SMK. Yang tak bisa dibuat, ya dicarikan. Misal
ring piston, katup, peranti injeksi,” kata Totok, sapaan karibnya.
Singkatnya mesin berlabel Esemka 1.5i twincam 16 valve tersebut rampung.
Setelah
perencanaan mesin rampung, proses prototipe perakitan mobil termasuk
bodi dan lainnya dilakukan. “Waktu itu di tahun 2009-2010 awal, siswa
merakit mobil menjadi mini truk, unit double cabin dan SUV. Dipandu oleh
PT AIK (Autocar Industri Komponen) Jakarta.
Saat itu, dirakit oleh beberapa SMK di antaranya SMK Warga, SMKN
2, SMKN 5, SMK Muhamadiyah 2 Borobudur dan SMKN 1 Singasari. Semua itu
ditujukan untuk pembelajaran siswa dan nyatanya mereka bisa.
“Di
tahun 2010 lalu, kami mendapatkan anggaran untuk merakit mobil, jadilah
yang besar (unit tersebut saat ini bisa dilihat di Solo Techno Park).
Nah, unit dengan Kiat Motor, adalah mobil SUV yang pertama dirakit di
AIK. Tentunya menjalani proses lagi, jadilah mobil itu. Yang digunakan
hanya sasis dan mesin. Karena bodinya sudah diubah,” papar Heru
Munandar, kepala sekolah SMK Warga Surakarta. Maksudnya adalah mobil
yang digunakan Walikota dan Wakil Walikota Surakarta ini.
Menurutnya,
tujuan pembelajaran bisa disebut berhasil, prototipe itu di tahun
2009-2010 silam pernah dipamerkan. Seperti di pasar Seni Ngarsopuro dan
Solo Square. Saat itulah dilihat Jokowi.
Secara berkelakar dia
ingin menggunakan mobil itu. Akhirnya di tahun 2011 mobil tersebut
dirakit dalam kaitannya pembuatan bodi oleh siswa SMK (kelas 2 dan kelas
3) dibimbing oleh Sukiyat dari Kiat motor. Khususnya dua mobil Esemka
Rajawali untuk Jokowi dan wakilnya.
Bengkel yang berlokasi di
jalan Jogja Solo km. 4, Ngaran, Klaten itu memang merupakan mitra
industri SMK. Di sana, para siswa (dari SMKN 2 dan SMK Warga) secara
bergantian memodifikasi bentuk plat untuk bodi mobil serta proses
pengecatan.
Prosesnya pun diakui Sukiyat, menggunakan proses
handmade. Yakni pelat besi dikenteng manual. Disana pembuatan bemper,
grill, kap mesin, pintu, fender dan sebagainya dilakukan, berikut proses
pengecatan. Prosesnya termasuk ngebut, sekitar 4 bulanan.
Hingga
kini, proyek pembelajaran ini masih berlangsung. Misalnya perakitan
mesin dipusatkan di SMK Warga.Sedangkan Solo Techno Park menjadi tempat
praktek bersama SMK untuk assembly. “Assembly line yang seperti ini, di
Indonesia ada 23 tempat,” lanjut Totok.
(mobil.otomotifnet.com)